Untuk mendorong diskursus publik mengenai transisi energi, C4C membentuk koalisi organisasi masyarakat sipil. Setiap kelompok datang dengan kosakata, prioritas strategis, dan kapasitas kelembagaan masing-masing. Seperti yang telah kami perkirakan dari
pengalaman sebelumnya, menyelaraskan perbedaan tersebut ke dalam narasi bersama memakan waktu cukup lama. Dalam hal ini, membangun koalisi bukan sekadar menandatangani pernyataan bersama, tetapi secara bertahap membangun ritme kerja yang didasari oleh kepercayaan, dialog berulang, dan tujuan bersama.
Memfasilitasi proses ini memerlukan lebih dari sekadar koordinasi; dibutuhkan pertemuan editorial dan strategis yang berkelanjutan serta penerapan model
“Ad Council,” di mana pesan dan distribusi dipusatkan. Dalam kampanye ini, kami mengadopsi sistem tersebut dengan membuat semua materi iklan oleh satu orang kampanye, yang kemudian mendistribusikannya melalui akun masing-masing anggota koalisi. Alih-alih setiap organisasi memproduksi komunikasi terpisah, koalisi beroperasi dengan satu “dapur” kampanye yang terintegrasi.
Pendekatan terpusat ini terbukti efektif. Pesan kampanye tersebar lebih luas melalui iklan berbayar di akun anggota koalisi yang terpilih, dan berhasil menembus di luar lingkaran audiens yang biasa dijangkau. Berdasarkan tolok ukur dari kampanye sebelumnya, kami memproyeksikan target jangkauan 7,7 juta orang. Dengan koordinasi yang lebih baik dan investasi yang lebih tinggi pada distribusi iklan berbayar, kampanye ini akhirnya menjangkau 32,7 juta individu, lebih dari empat kali lipat proyeksi awal.
Untuk memahami lebih baik tingkat keterlibatan audiens terhadap kampanye, kami memperkenalkan kerangka pengukuran baru dengan indikator tambahan seperti berikut: