Di balik proses kerja C4C bagian 1: Bagaimana riset membentuk arah ke depan

Di balik setiap pesan yang kuat, ada riset yang mendalam. C4C berbagi bagaimana proses riset menjadi langkah pertama dalam membentuk narasi yang relevan, berbasis bukti, dan mendorong perubahan sosial nyata.
Oleh Dimas Haryo Metaram
29 Oktober 2025
Communication for Change (C4C) adalah firma konsultasi yang berfokus pada research-to-messaging, yakni menggunakan riset untuk mengembangkan narasi atau komunikasi strategis yang mendorong perubahan sosial di Indonesia dan memperkuat masyarakat sipil.

Di C4C, kami mengkhususkan diri dalam layanan research-to-messaging, membantu mitra kami merancang alat dan produk komunikasi, pesan, kampanye, serta narasi yang paling efektif, semuanya berakar pada bukti dan data.

Namun, bagi banyak organisasi, istilah “research-to-messaging” bisa terdengar agak abstrak. Tidak selalu jelas apa maknanya atau bentuk dukungan seperti apa yang sebenarnya bisa kami berikan. Karena itu, melalui artikel ini kami ingin menguraikan konsep tersebut dan menunjukkan bagaimana penerapannya dalam praktik, dimulai dari sisi riset dalam pekerjaan kami.

Pada dasarnya, research-to-messaging berarti mengubah temuan menjadi dampak nyata. Proses ini berawal dari pemahaman mendalam terhadap audiens, nilai, persepsi, dan motivasi mereka, lalu menerjemahkan temuan tersebut menjadi pesan yang dapat menggerakkan orang untuk mencari tau, peduli, sampai bertindak.

Dalam bagian pertama ini, kami akan membahas bagaimana proses riset kami berjalan, jenis-jenis studi yang kami lakukan, dan bagaimana setiap langkahnya dirancang untuk menjadi fondasi komunikasi strategis yang efektif.

Bagian “Research” pada "Research-to-messaging"

Pada tingkat paling mendasar, komunikasi adalah tentang menemukan rangsangan yang tepat untuk memunculkan respons yang diinginkan. Setiap kata, gambar, dan nada yang kita pilih memiliki potensi untuk memicu pikiran, perasaan, atau tindakan tertentu dari audiens kita.

Salah satu prinsip utama yang kami pegang di C4C sederhana namun kuat: “temui orang di tempat mereka berada.” Pesan yang efektif tidak dimulai dari apa yang ingin kita katakan, tetapi dari pemahaman tentang apa yang sudah dipikirkan, dirasakan, dan dihargai oleh audiens. Hanya dengan mengakui titik awal mereka, kita dapat merancang pesan yang benar-benar selaras dan mendorong perubahan.

Prinsip ini menjadi landasan dari seluruh proses riset dan kreatif kami. Baik saat kami merancang kampanye publik maupun mengembangkan alat komunikasi untuk mitra, kami selalu memulai dengan memetakan bagaimana orang melihat suatu isu saat ini, hambatan apa yang membentuk persepsi mereka, serta motivasi apa yang dapat menjembatani kesenjangan antara kesadaran dan tindakan.

Kami memulai dengan menelaah sikap dan perilaku audiens yang ingin kami jangkau. Ini berarti melihat lebih dalam dari sekadar opini permukaan untuk memahami narasi, nilai, dan pengalaman yang membentuk cara mereka memandang suatu isu.

Riset kami sering kali mencakup identifikasi narasi dominan dan norma sosial yang memengaruhi cara orang berpikir, merasa, dan bertindak. Narasi-narasi ini dapat memperkuat keyakinan atau perilaku tertentu, dan dengan memahaminya, kami dapat melihat peluang sekaligus tantangan untuk mendorong perubahan.

Setelah kami mengetahui posisi audiens saat ini, riset juga membantu kami menentukan arah perubahan yang ingin dicapai. Riset memperjelas jenis perubahan yang ingin kami dorong, apakah itu pergeseran persepsi, kebiasaan baru, atau untuk mendukung sebuah isu sosial tertentu, membantu kami merancang pesan yang dapat menggerakkan mereka ke arah tersebut.

Menentukan subyek kampanye dan para “pembisik”

Di C4C, salah satu filosofi kerja utama kami adalah “selalu mulai dengan tujuan akhir di pikiran.” Tujuan akhir dari setiap proyek yang kami kerjakan adalah dampak, yang biasanya diwujudkan melalui sebuah kampanye. Terkadang kami melakukan eksekusi kampanye tersebut secara langsung, namun di lain waktu, mitra kamilah yang melakukan eksekusi dengan menggunakan alat dan pesan berbasis bukti yang kami kembangkan bersama.

Karena itu, di awal setiap perjalanan research-to-messaging, kami selalu berfokus untuk menentukan siapa yang ingin kami pengaruhi dan apa dan siapa yang saat ini memengaruhi mereka. Memahami dua hal ini sangat penting, karena keduanya membentuk seluruh rancangan proyek, mulai dari pertanyaan riset yang kami ajukan hingga bentuk produk komunikasi yang akhirnya dihasilkan.

Proses ini melibatkan pemetaan lanskap. Di tahap ini, kami mengidentifikasi narasi utama, tokoh opini, institusi, dan saluran media yang memiliki pengaruh terhadap pemahaman publik mengenai suatu isu. Dengan begitu, kami dapat mengenali sekutu maupun kekuatan yang berkompetisi di dalam lanskap komunikasi.

Pada akhirnya, pemetaan ini membantu kami merancang strategi yang tidak sekadar menambah kebisingan, tetapi berintervensi secara bermakna dalam arus ide, menggeser narasi, membingkai ulang isu, dan membantu mitra kami menggerakkan audiens menuju perubahan yang positif.

Studi rona awal

Untuk studi baseline atau rona awal, kami biasanya melakukan riset audiens, yang kadang juga disebut sebagai riset opini publik, dengan tujuan untuk memahami narasi dominan yang membentuk cara orang berpikir dan berperilaku. Riset ini membantu kami mengidentifikasi bukan hanya apa yang orang percayai, tetapi juga mengapa mereka mempercayainya.

Tergantung pada lingkup proyek dan ketersediaan data, riset audiens dapat menggunakan data primer (kualitatif dan kuantitatif) maupun data sekunder (studi dan survei yang sudah ada sebelumnya).

Riset kualitatif

Kami biasanya memulai dengan studi kualitatif untuk menggali nuansa awal tentang bagaimana orang memahami suatu isu. Temuan ini kemudian dapat diuji melalui survei kuantitatif berskala lebih besar, meskipun studi kualitatif yang dirancang dengan baik juga dapat berdiri sendiri.

Metode kualitatif menawarkan kedalaman dan nuansa yang tidak bisa ditangkap oleh angka semata, meskipun memang memiliki keterbatasan dalam hal generalisasi. Kami biasanya menggunakan focus group discussion (FGD), In-depth interview (IDI), dan metode Q untuk menelusuri narasi dan pandangan subjektif masyarakat.

Metode Q, gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif,  menggunakan pengelompokan statistik untuk mengidentifikasi klaster opini, yang kemudian diinterpretasikan secara kualitatif untuk membangun tema naratif yang jelas. Selain itu, diskusi Delphi juga dapat digunakan untuk mengambil perspektif dari berbagai pakar, membantu menyempurnakan hipotesis atau menafsirkan temuan penelitian.

Riset kuantitatif

Studi kuantitatif, seperti survei berskala nasional, membantu menguji apakah temuan dari studi kualitatif berlaku secara lebih luas di populasi atau kelompok sasaran yang lebih besar. Survei dapat dilakukan secara tatap muka maupun daring (melalui panel web).

Meskipun survei daring lebih cepat dan hemat biaya, tingkat representativitasnya sering terbatas karena akses internet yang tidak merata di berbagai wilayah.

Data sekunder

Ketika pengumpulan data baru tidak memungkinkan, kami dapat memanfaatkan dataset publik yang sudah ada untuk melengkapi atau menggantikan riset primer, seperti:
Pemetaan narasi
Yang lebih penting, pendekatan ini memungkinkan Anda mengeksekusi dan mengevaluasi kampanye dengan cara yang lebih bermakna, di mana setiap keputusan yang Anda buat tentang konten, taktik, pemantauan, dan evaluasi secara langsung mendukung tujuan utama kampanye Anda. Keselarasan ini memastikan bahwa upaya Anda tidak hanya menghasilkan aktivitas, tetapi benar-benar mendorong kemajuan menuju tujuan sosial Anda.

Contoh praktis dan sederhana dari kampanye Latih Logika kami menjelaskan prinsip ini dalam tindakan. Fokus kampanye Latih Logika sebelumnya jelas sejak awal: untuk meningkatkan infrastruktur teknis dan memperluas jangkauan kami, memungkinkan lebih banyak orang untuk mengakses dan terlibat dengan materi pembelajaran kami.

Berdasarkan peta jalan isu dan peta perjalanan kampanye yang kami kembangkan, kami mengidentifikasi metrik kunci yang harus dipantau di luar indikator keterlibatan dasar seperti reach, like, dan comment. Metrik strategis kami mencakup:
  • Jumlah orang yang menonton 50% video (diberi label "casual viewers"): Metrik ini membantu kami memahami tingkat keterlibatan awal dan mengidentifikasi bagian yang berhasil menarik perhatian
  • Jumlah orang yang menonton 75% video (diberi label "engaged viewers"): Metrik keterlibatan yang lebih dalam ini menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap pembelajaran berpikir kritis dan mengindikasikan potensi konversi
  • Jumlah modul pembelajaran yang diunduh: Metrik ini sangat berharga karena menunjukkan penyelesaian kursus dan keinginan untuk terus belajar, menunjukkan bahwa peserta tidak hanya mengonsumsi konten secara pasif tetapi secara aktif terlibat dengan materi edukasi.

Metrik-metrik ini memastikan kami fokus pada hal yang benar-benar penting untuk memajukan pendidikan berpikir kritis, daripada teralihkan oleh metrik vanitas yang tidak berkorelasi dengan kesuksesan misi kami.
Identifikasi narasi alternatif yang efektif
Setelah memahami narasi dominan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi narasi alternatif atau narasi tandingan (counternarratives) yang dapat menggeser persepsi publik ke arah yang diinginkan.

Kami biasanya memulai proses ini dengan berkonsultasi dengan para ahli untuk menafsirkan dan memvalidasi temuan dari riset narasi dominan. Langkah ini memastikan bahwa narasi tandingan yang kami usulkan tidak hanya kuat secara konseptual, tetapi juga relevan dengan konteks dan realistis secara strategis.

Konsultasi dengan ahli biasanya dilakukan melalui dua pendekatan utama:
  • Metode Delphi, sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya.
  • Diskusi dengan ahli, versi yang lebih ringkas dan efisien dari Delphi. Dalam metode ini, jumlah ahli lebih sedikit, dan mereka memberikan umpan balik langsung kepada tim riset, tanpa perlu saling menanggapi satu sama lain. Pendekatan ini sangat berguna ketika sumber daya atau waktu terbatas, namun tetap memungkinkan masukan ahli berperan penting dalam perancangan narasi.
Pengujian narasi
Tujuan dari pengujian narasi adalah untuk menilai dampak dari ide utama yang mendasari narasi tandingan yang diusulkan. Proses ini membantu menentukan apakah narasi tersebut benar-benar dapat menggeser persepsi, sikap, atau niat perilaku audiens ke arah yang diinginkan.Proses ini biasanya terdiri dari tiga tahap utama:
1. Pengembangan stimulus
Kami memulai dengan merancang beberapa stimulus naratif yang mewakili pergeseran “Dari-Menjadi” yang telah diidentifikasi dalam riset sebelumnya. Tabel Dari–Menjadi menggambarkan perubahan yang ingin dicapai narasi, dari cara berpikir atau keyakinan audiens saat ini (Dari) menuju cara pandang baru yang diharapkan (Menjadi). Dengan demikian, tabel ini menerjemahkan temuan riset menjadi tujuan pesan yang jelas, yang memandu bagaimana setiap elemen narasi seharusnya menggerakkan audiens dari posisi mereka sekarang ke arah yang diinginkan.

2. Uji kualitatif
Stimulus tersebut kemudian diuji dalam studi kualitatif berskala kecil untuk mengeksplorasi reaksi audiens, resonansi emosional, dan kejelasan pesan.

3. Validasi eksperimental
Terakhir, stimulus yang paling menjanjikan diuji lebih lanjut dalam pengujian eksperimental seperti randomized controlled trial (RCT) untuk mengukur dampak kausal terhadap hasil tertentu.

Melalui proses bertahap ini, kami memastikan bahwa setiap narasi yang dikembangkan tidak hanya menarik dan persuasif secara kreatif, tetapi juga terbukti efektif secara empiris.
Pengujian lebih lanjut
Jika anggaran memungkinkan, kami dapat melakukan uji lanjutan terhadap materi kampanye, seperti storyboard atau prototipe, untuk memperkuat landasan empiris kampanye dan menyempurnakannya selama proses implementasi. Dengan menggunakan materi kampanye ini sebagai stimulus pengujian, kami dapat menilai tidak hanya gagasan naratif utamanya, tetapi juga elemen tambahan seperti visual, nada pesan, dan cara pembingkaian (framing), semuanya berperan penting dalam membentuk opini publik.

Singkatnya, inilah resep riset ideal kami untuk memastikan bahwa setiap narasi atau pesan yang kami kembangkan benar-benar beresonansi dengan publik luas, bukan hanya bergema di ruang gema aktivisme atau akademia. Dengan berlandaskan bukti dan pemahaman audiens, kami membantu menjembatani kesenjangan antara diskursus para ahli dan pemahaman masyarakat sehari-hari.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang temuan riset kami dan narasi alternatif yang telah kami kembangkan, kami mengundang Anda untuk mengikuti kanal media sosial kami. Di sana, kami akan membagikan pembaruan, wawasan, serta rangkaian acara yang akan berlanjut dengan peluncuran platform data kami, bernama Lab Narasi, pada Oktober 2025.
Instagram: @c4c_id
LinkedIn: Communication for Change
Twitter: @C4C_ID
Siap membuat riset atau pesan Anda bermakna?
Di Communication for Change (C4C), kami membantu organisasi merancang dan menyampaikan komunikasi serta pesan strategis yang berbasis bukti, peka terhadap konteks, dan dirancang untuk benar-benar beresonansi dengan audiensnya. Ruang lingkup kerja kami mencakup dukungan bagi lembaga dalam merumuskan rekomendasi kebijakan dan narasi publik, hingga mengembangkan dan mengeksekusi kampanye sosial yang mendorong perubahan nyata—mulai dari membangun kesadaran kritis hingga memobilisasi partisipasi warga.

Hubungi kami untuk membicarakan bagaimana kami dapat membantu menerjemahkan temuan menjadi komunikasi yang strategis dan berdampak, baik melalui pengembangan narasi dan pesan dari awal, pengujian serta penyempurnaan ide yang sudah ada, maupun perancangan kampanye komprehensif yang mendukung tujuan sosial Anda.
C4C menjembatani riset dan komunikasi untuk merancang pesan serta narasi pendorong perubahan.

Kami menerjemahkan data dan pengetahuan menjadi tutur cerita strategis untuk membantu organisasi di sektor sosial dalam menjangkau publik, menginspirasi aksi, dan mendorong terjadinya perubahan.
Tertarik untuk mempelajarinya?
Atur janji bicara
Kontak kami

Related Articles