Meskipun permintaan terhadap pembuatan kebijakan berbasis bukti semakin meningkat, hal yang sama tidak berlaku untuk kapasitas dalam mengkomunikasikan temuan kebijakan tersebut. Para peneliti dan advokat sering menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyusun rekomendasi yang kuat, namun rekomendasi tersebut sering tidak berdampak ketika disampaikan tanpa strategi atau pendekatan yang tepat.
Salah satu hambatan yang terus muncul adalah perbedaan cara pandang antara peneliti dan pembuat kebijakanPeneliti berfokus pada mempertanyakan asumsi, mengeksplorasi kompleksitas, dan menerbitkan temuan untuk dampak jangka panjang. Sebaliknya, pembuat kebijakan terikat oleh birokrasi, realitas politik, siklus pemilu, dan keterbatasan anggaran. Perbedaan motivasi ini sering menyebabkan miskomunikasi dan frustasi di kedua belah pihak.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah dominasi politik atas pengetahuanDi banyak konteks, terutama di negara demokrasi transisi, proses kebijakan lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik daripada solusi teknis. Hal ini membuat upaya yang mengandalkan bukti semata menjadi tantangan yang berat.
Terakhir, banyak LSM masih mengandalkan model advokasi yang kurang efektif Beberapa pendekatan yang umum namun kurang berhasil antara lain:
- Pendekatan akademis yang hanya berupa presentasi satu arah dan policy brief
- Diseminasi yang dilakukan secara ad-hoc tanpa tujuan yang jelas
- Usulan solusi “serba bisa” yang mencoba menyelesaikan terlalu banyak hal sekaligus tanpa mempertimbangkan kelayakan
Singkatnya, riset yang baik saja tidak cukup, ia harus disampaikan dengan strategi yang tepat