Empati dalam design thinking adalah langkah yang tidak boleh dilewatkan
Klien
Tahun:
Bank Jago, Bank SMBC Indonesia, GIZ
2022 - 2024
Frustasi dengan masalah perilaku manusia yang rumit? Design thinking mampu menyederhanakan masalah kompleks tersebut dengan solusi praktis tanpa menambah masalah baru atau solusi palsu. Adapun satu langkah penting yang tidak boleh dilewatkan dalam proses ini adalah empati.

Di C4C, empati bukan sekadar elemen pelengkap—ini adalah hal penting yang tertanam dalam proses design thinking kami. Pelatihan kami memastikan bahwa peserta harus memulai setiap proyek dengan benar-benar memahami target audiensnya. Kami percaya bahwa meluangkan waktu untuk berempati dengan target audiens mampu menghasilkan solusi yang lebih baik, serta berdampak besar.

Memahami elemen dasar design thinking

Sesungguhnya, proses design thinking berpusat pada pengguna. Prosesnya dimulai dengan empati, diikuti dengan mendefinisikan masalah, merumuskan solusi yang aplikatif, membuat prototipe, lalu menguji ide-ide tersebut. Proses ini bersifat iteratif, artinya Anda dapat terus-menerus menguji serta menyempurnakan ide-ide berdasarkan umpan balik.
Gambar di atas mengilustrasikan pendekatan lima langkah dalam design thinking, menekankan bahwa ini bukanlah proses linear. Anda mungkin perlu kembali ke langkah-langkah sebelumnya untuk menyempurnakan solusi, menjadikan metode design thinking dinamis dan fleksibel.

Mengapa empati adalah kunci

Salah satu kesalahan paling umum dalam design thinking adalah terlalu cepat melompat ke tahap perumusan solusi. Banyak orang tergesa-gesa ingin menciptakan sesuatu yang baru, tetapi mereka melewatkan tahap empati. Padahal, empati bisa membantu Anda memahami bukan hanya apa masalahnya, tetapi juga bagaimana masalah tersebut berdampak kepada target audiens secara emosional dan praktis.
Peta yang ditunjukkan di atas adalah alat yang berharga dalam tahap empati. Peta ini memecah pengalaman target audiens menjadi apa yang mereka pikirkan dan rasakan, lihat, dengar, katakan, juga lakukan, serta menyoroti pain dan gain mereka, sebagaimana penjelasan berikut:

  • Apa yang mereka pikirkan dan rasakan? Pelajari kekhawatiran dan aspirasi internal target audiens.
  • Apa yang mereka lihat? Jelajahi lingkungan terdekat mereka serta hal-hal yang dapat memengaruhi mereka.
  • Apa yang mereka dengar? Fokus pada pendapat eksternal yang mereka dengar, baik itu dari teman, keluarga, maupun kolega.
  • Apa yang mereka katakan dan lakukan? Pertimbangkan tindakan mereka dan perilaku publik mereka.
  • Identifikasi poin pain (hal-hal yang membuat mereka frustrasi) dan gain (definisi kesuksesan bagi mereka).

Menggunakan peta ini dapat membantu Anda melihat permasalahan dari perspektif target audiens, sehingga mampu menghasilkan solusi yang lebih mendalam dan relevan saat menjalankan proses design thinking.

Anda dapat belajar lebih lanjut tentang design thinking melalui pelatihan C4C

Pelatihan C4C memastikan bahwa empati bukan hanya tahap awal yang mudah dilakukan, melainkan sebuah fondasi dari proses design thinking. Pendekatan praktis dan berbasis dunia nyata kami mengajarkan peserta cara menerapkan solusi berlandaskan empati, menjadikan program ini efektif dan berdampak. Dipercaya oleh institusi seperti Bank Jago, Bank SMBC Indonesia, dan GIZ, kami memastikan Anda mendapatkan pemahaman jelas tentang design thinking dan siap membuat perubahan.

Sekali lagi, empati adalah kunci dari proses design thinking yang bermakna, dan langkah ini tidak boleh Anda lewatkan.
Tertarik dengan program serupa?
Atur janji bicara