Pandangan masyarakat tentang skeptisisme
Menurut World Values Survey Wave 7 (2017-2020), kebanyakan orang menganggap bahwa kepatuhan itu penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Artinya, untuk sebagian besar orang Indonesia, kepatuhan adalah nilai yang penting, yang mana biasanya berkorelasi negatif dengan keinginan untuk mempertanyakan apakah yang dikatakan otoritas itu benar. Dalam laporan yang sama dikatakan bahwa kebanyakan orang Indonesia menghargai otoritas dan mempercayai pemerintahan1. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa orang-orang Indonesia cenderung melihat skeptisisme sebagai sikap yang perlu dihindari.
Apakah orang Indonesia punya kadar skeptis yang “sehat”?
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 20% masyarakat yang tidak mau divaksin. Survey ini dilakukan terhadap 212 ribu orang secara daring pada 13-20 Juli 2021. Dari jumlah tersebut, 15,8% tidak mau melakukan vaksin karena khawatir dengan efek samping sedangkan 4,2% karena tidak percaya dengan efektivitas vaksin2. Padahal semua vaksin sudah melalui proses evaluasi oleh Badan POM, rekomendasi dari ITAGO, WHO, dan para ahli sehingga keamanan, mutu, dan efikasinya sudah dijamin3Namun, jika ditelusuri lebih mendalam, ada berbagai alasan lain mengapa masyarakat tidak mau divaksin. Di media sosial bisa kita lihat bahwa tidak semua masyarakat paham sains. Ada juga masyarakat yang lebih mempercayai sumber lain yang dianggap memiliki identitas atau sistem nilai yang sama. Jika dilihat dari kasus ini, masyarakat tidak dapat dikatakan memiliki kadar skeptisisme yang “sehat” karena skeptisisme yang dilakukan tidak pada tempatnya sehingga tidak bermanfaat bagi dirinya atau masyarakat.