Analytics untuk kampanye publik organisasi nirlaba β€” bagian 4 (akhir): apa yang harus diperiksa

Kalau Anda staf komunikasi di organisasi tapi nyaris tak pernah memeriksa analitik media digital, maka artikel ini buat Anda.

By Paramita Mohamad
March 31, 2021
Artikel ini adalah artikel terakhir dari empat bagian. Di sini kita akan membahas pentingnya bereksplorasi sekaligus membatasi diri dalam memeriksa analitik. Anda bisa membaca artikel pertama di sini, artikel kedua di sini, dan artikel ketiga di sini.
Pada artikel pertama kita sudah membahas pentingnya memeriksa analitik situs dan media sosial kampanye publik yang kita jalankan. Analoginya, menulis laporan adalah seperti memasak, sedangkan analitik adalah seperti pasar. Sebagaimana pentingnya berbelanja ke pasar sebelum memasak, penting juga untuk kita mengunjungi analitik untuk mengumpulkan data yang akan kita olah menjadi laporan yang menarik, bermakna, dan sesuai konteks.

Masih dengan analogi masak, ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dalam memeriksa analitik, yaitu menentukan menu masakan, membuat catatan belanja, dan bereksplorasi sambil tetap membatasi diri. Poin pertama sudah dibahas di artikel kedua, dan poin kedua sudah dibahas di artikel ketiga. Di artikel ini, kita akan membahas tentang bereksplorasi sambil tetap membatasi diri dalam belanja.

Saat belanja dengan catatan, kita bisa saja melewatkan bahan yang mestinya bisa membuat sajian kita lebih enak. Tapi tetap perlu ada batasan, seperti kalau mau masak capcay, tentu tidak perlu ke lorong herbs Eropa.

Sama halnya ketika mengumpulkan data analitik, kadang kita bisa kehilangan poin penting kalau hanya fokus ke rangka laporan yang sudah disusun. Bisa jadi ada hal yang belum terpikir ketika menulis rangka, atau mungkin kita belum tahu bahwa hal itu bisa diukur. Tapi pastikan kita memiliki batas yang jelas agar tidak keblinger. Perhatikan contoh berikut.

Agar tidak tersesat dalam membaca analitik situs
Golongan Hutan sempat bekerjasama dengan Change.org dalam kampanyenya, meski bukan dengan petisi. Change.org membantu mengirimkan beberapa email blast kepada orang-orang di database mereka. Hasilnya, terlihat ada sehari di mana jumlah visitor situs Golongan Hutan meningkat drastis dan acquisition-nya berasal dari Change.org. Sebatas ini, kita bisa saja menarik kesimpulan bahwa email blast dari Change.org adalah cara yang baik untuk menarik audiens.

Akan tetapi, waktu itu kami melakukan penyelidikan lebih jauh dengan bertanya kepada Change.org tentang email blast tersebut. Dari sana, kami mengetahui bahwa ternyata jumlah sasaran email blast-nya ternyata sangat banyak sehingga sebetulnya click-through rate-nya tidak setinggi dugaan awal. Selain itu, ternyata email blast juga telah dikirimkan beberapa kali, sedangkan peningkatan drastis pada jumlah pengunjung hanya terjadi sekali. Jadi kami bisa menarik kesimpulan bahwa email blast Change.org memang menguntungkan untuk kampanye, tapi bukan jaminan untuk mencapai tujuan kampanye.

Batas eksplorasi analitik media sosial
Ketika saya membuat laporan akhir tahun untuk donor Latih Logika, donor tentu ingin tahu apa saja dampak yang dihasilkan dengan dana yang mereka berikan. Maka saya akan berfokus pada data-data yang menunjukkan ada tidaknya perluasan audiens Latih Logika yang lebih pesat, misalnya peningkatan followers, impresi, reach, dan engagement dari iklan yang dibiayai donor. Saya juga melihat bagaimana kinerja konten-konten organik dalam periode pembiayaan donor, karena laporan ingin melihat apakah iklan berbayar lebih efektif untuk melipatgandakan audiens Latih Logika dibandingkan konten organik.

Tetapi kemudian saya juga mencoba bereksplorasi ke data lain yang mungkin bermanfaat, misalnya berapa kali modul Latih Logika diunduh. Dari sana saya menemukan bahwa modul Latih Logika sangat jarang diunduh di Youtube dan jauh lebih sering diunduh di situs. Selain itu, meskipun jumlahnya jauh lebih banyak, audiens Youtube umumnya tidak menonton video hingga habis. Dengan dua data tersebut ditambah beberapa fakta lain, kami akhirnya bisa memperkuat argumen bahwa jika Latih Logika ingin fokus melakukan edukasi, maka situs yang dirancang khusus untuk belajar daring adalah platform yang lebih tepat daripada Youtube.

Menarik, β€˜kan? Kalau belum familiar dengan analitik, Anda bisa coba mengintip platformnya dulu, sekalian memastikan bahwa analitik sudah diaktifkan. Misalnya untuk Google Analytics, Anda harus aktifkan dulu, baru kemudian ia mulai merekam data situs. Anda juga bisa browsing di Google atau Youtube untuk mengetahui cara mengaktifkan dan mengoperasikan analitik, serta data apa saja yang bisa dilihat di sana. Ada banyak sumber kredibel yang bisa membantu Anda, mulai dari petunjuk dari penyedia platform-nya langsung seperti Google dan Twitter ini, hingga dari pihak ketiga seperti Niagahoster dan Wordstream ini. Jadi, selamat berpetualang!

Jika Anda perlu analisis yang lebih menyeluruh tentang kinerja komunikasi di organisasi Anda, baik di media digital maupun media lain, Anda juga bisa menghubungi kami.

Selain itu, pembahasan tentang komunikasi institusi akan kami bahas pada artikel lain. Jika Anda tertarik, silakan follow Twitter atau daftar newsletter C4C agar Anda mendapatkan notifikasi jika artikelnya sudah terbit.
Paramita Mohamad
Written by
CEO and Principal Consultant of Communication for Change. We work with those who want to make Indonesia suck less, by helping them get buy-in and make changes.

Related Articles